Konawe Utara Beritando.com – Di tengah perubahan iklim dan ketidakpastian global, masyarakat Desa Tetelupai, Kecamatan Lasolo, Konawe Utara, memulai langkah sederhana namun bermakna menanam padi gogoh. Kegiatan ini tak sekadar seremonial pertanian. Ia adalah refleksi komitmen bersama—antara petani, pemerintah desa, kecamatan, hingga kabupaten dalam mewujudkan ketahanan pangan dari akar rumput.
Dengan dukungan Pemerintah Kecamatan Lasolo dan kehadiran langsung Camat Samsul bersama Sekcam Irsan dan sejumlah kepala desa, kegiatan penanaman secara simbolis dilangsungkan di areal perkebunan Desa Tetelupai. Jenis padi yang ditanam, yakni padi gogoh, merupakan varietas lokal tangguh yang mampu tumbuh di lahan tadah hujan dan memiliki masa panen yang relatif singkat.
Lebih dari sekadar kegiatan pertanian, ini adalah pengejawantahan dari Asta Cita Presiden RI, Prabowo Subianto, dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Bupati Konawe Utara, Ikbar, melalui Camat Lasolo menegaskan bahwa pembangunan sektor pertanian berbasis kerakyatan menjadi prioritas yang tak bisa ditawar.
“Kita ingin Desa Tetelupai menjadi salah satu lumbung pangan Konawe Utara. Ini bukan hanya kebijakan, tapi gerakan bersama untuk menjadikan pangan sebagai fondasi masa depan daerah,” ucap Camat Samsul.
Harapan itu tumbuh bersama benih yang ditanam. Melalui program ini, pemerintah daerah berharap bisa mengurangi ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar, sembari menjawab tantangan perubahan iklim dan fluktuasi harga pangan global.
“Program seperti ini tidak bisa berhenti di satu titik. Ia harus hidup dan membumi di tengah masyarakat. Dan Lasolo siap menjadi ladang harapan itu,” ujar salah satu tokoh masyarakat yang juga Presidium KAHMI Konut.
Kepala Desa Tetelupai, Asmudin Moita, memandang program ini sebagai lebih dari sekadar kebijakan formal. Baginya, ini adalah bagian dari kebangkitan—upaya untuk menghidupkan kembali jati diri desa sebagai tempat bertumbuhnya pangan, budaya, dan kemandirian.
“Penanaman padi gogoh ini bukan seremoni semata. Ini adalah gerakan hati dari masyarakat desa yang ingin kembali pada akar bertani, memberi makan keluarga, dan berkontribusi untuk negeri. Dua hektare lahan kami tanami padi gogoh. Dalam waktu dekat, 1,5 hektare juga akan ditanami jagung,” jelasnya, yang juga menjabat Ketua APDESI Konut.
Asmudin pun mengajak desa-desa lain untuk menjadikan program ketahanan pangan sebagai pilar utama pembangunan desa. “Kedaulatan pangan tidak lahir dari ruang rapat, tapi dari ladang. Dari tangan-tangan petani yang setiap hari berjibaku dengan tanah, air, dan harapan. Dan hari ini, Desa Tetelupai membuktikan bahwa cita-cita besar bangsa sedang disemai dari bawah,” tutupnya.
Sutarno