Dari Jeruji Besi ke Jalan Persatuan: Aktivis Hendrik Tawarkan Jalan Baru untuk Konawe Utara

Redaksi Beritando
17 Agu 2025 23:09
3 menit membaca
image_pdfimage_print

 

Konawe Utara, Beritando.com,- Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80 di Konawe Utara tak hanya diwarnai meriah dengan defile pemerintah daerah dan masyarakat, tetapi juga menghadirkan kejutan. Hendrik, aktivis yang dikenal vokal, keras mengkritik kebijakan pertambangan, bahkan sempat mendekam dua tahun di balik jeruji besi, hadir berbaris bersama Koalisi Rakyat Konawe Utara Untuk Keadilan, Minggu 17/8/2025

 

Kehadiran Hendrik sontak menarik perhatian. Sosok yang selama ini dianggap oposisi keras, kini muncul dengan wajah baru: bukan sekadar pengkritik, melainkan pencari solusi.

 

“Penjara tidak mematahkan semangat saya, justru memberi ruang kontemplasi. Saya sadar, membela rakyat bukan hanya soal teriak di jalan, tapi bagaimana menyiapkan jalan keluar yang nyata,” ungkap Hendrik penuh refleksi.

 

Ia menegaskan bahwa kritik tetap penting, namun perjuangan membutuhkan arah yang jelas. “Batu yang keras sekalipun bila terus ditetesi air akan berlubang. Begitu pula perjuangan: butuh konsistensi, kesabaran, dan tujuan yang benar.”

 

Hendrik mengakui selama ini dirinya sering dianggap frontal, berhadapan langsung dengan pemerintah daerah. Namun, momentum 17 Agustus ini baginya menjadi titik balik. Saat Bupati H. Ikbar, SH., MH., dan Wakil Bupati H. Abuhaera, S.Sos., M.Si., menyambutnya dengan senyum hangat dalam defile, ia melihat peluang untuk membangun harmonisasi.

 

“Musuh sejati kita bukanlah sesama anak bangsa, melainkan ketidakadilan, kemiskinan, dan kerakusan yang merampas hak rakyat,” tegasnya.

 

Menurut Hendrik, kekayaan nikel di Konawe Utara belum memberi kesejahteraan yang sepadan bagi rakyat. PAD tak sebanding dengan potensi tambang, UMKM dan kontraktor lokal belum mendapat tempat terhormat, sementara laut tercemar dan tanah gundul.

 

“Kemerdekaan bukan diukur dari banyaknya tambang yang berdiri, tetapi dari sejauh mana rakyat di tanah tambang itu hidup sejahtera,” katanya lantang.

 

Lewat Koalisi Rakyat Konawe Utara Untuk Keadilan Tambang, Hendrik ingin menghadirkan ruang dialog yang sehat antara rakyat, pemerintah, dan perusahaan. Bukan lagi sekadar teriakan kosong, tapi tawaran solusi konkret:

 

– Pemberdayaan UMKM dan kontraktor lokal,

 

– Prioritas tenaga kerja daerah,

 

-Pengawasan ketat izin usaha pertambangan.

 

“Pemimpin hebat bukan yang takut dikritik, melainkan yang berani menjadikan kritik sebagai cermin,” ujarnya.

 

Ia menekankan bahwa Koalisi akan terus mengawal implementasi regulasi penting seperti Pasal 124 UU No. 3/2022, Pasal 151 UU No. 2/2025, serta Permen Investasi/BKPM No. 1/2022 agar benar-benar berpihak pada rakyat.

 

Hendrik memberikan apresiasi tulus atas sikap terbuka pemerintah daerah. Ia berharap, ruang silaturahmi ini bisa melahirkan kolaborasi nyata.

 

Sementara kepada perusahaan tambang, ia memberi peringatan keras:
“Kalian hanyalah tamu di tanah Konawe Utara. Hormati rakyat sebagai pemilik sejati tanah ini. Libatkan pengusaha lokal, berdayakan tenaga kerja daerah, dan jalankan kewajiban sesuai undang-undang. Jika tidak, Koalisi akan berdiri di garis depan.”

 

Menutup refleksinya, Hendrik mengajak seluruh elemen bangsa untuk berani menjemput masa depan dengan persatuan, bukan perpecahan.

 

“Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan asing, tetapi juga bebas dari ketidakadilan di tanah sendiri. Koalisi Rakyat Konawe Utara Untuk Keadilan Tambang adalah kompas yang akan terus mengingatkan kita pada tujuan itu,” pungkasnya.

 

Sutarno